Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Universitas Paramadina, Prof. Muhadjir Effendi: Pembangunan Harus Inklusif Berbasis Etika - PT. Etnikom Persada Raya

Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Universitas Paramadina, Prof. Muhadjir Effendi: Pembangunan Harus Inklusif Berbasis Etika

- Redaksi

Rabu, 28 Mei 2025 - 21:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

ETNIKOM.NET, JAKARTA — Kampus, sarjana dan para akademisi mempunyai tanggung jawab tidak hanya moral tetapi juga tanggung jawab sosial yaitu dengan melaksanakan apa yang harus dilakukan dengan ilmu pengetahuan, kecakapan dan kemahiran yang telah dikuasai, yang tentu harus berbasis etika, nilai yang dijunjung tinggi.

Demikian dikatakan Prof. Muhadjir Effendi saat wisuda sarjana dan Pascasarjana (Magister) di Universitas Paramadina, Rabu (28/5/25).

Muhadjir menambahkan, gambar besar Indonesia bercampur antara antara optimisme dan kewaspadaan. Ada banyak alasan untuk optimis terhadap masa depan Indonesia, sebagai negara yang menempati peringkat pertama dalam katagori negara dengan tingkat kesejateraan subjektif (flourishing).

“Ini terlhat dari studi global dari Universitas Harvard, Universitas Baylor dan Gallup tahun 2024. Artinya, Orang Indonesia adalah orang yang paling puas dan paling bersyukur dengan kehidupannya, bahkan dibanding negara-negara maju sekalipun.” Ujar Muhadjir.

Namun di sisi lain, tambahnya,  tantangan nyata masih berada dihadapkan kita yaitu masalah ketimpangan dan kemiskinan.

Kita lañjut Muhadjir, tidak bisa hanya puas karena adanya persepsi kebahagiaan saja tetapi juga harus jujur pada realitas objektif yang senyatanya yang harus diatasi bersama. Yaitu adanya ketimpangan yang masih tinggi (indeks Gini 0,379).

Baca Juga :  Sidang Senat Paramadina Tetapkan Prof Didik J Rachbini Sebagai Rektor 2025-2029

“Lebarnya jurang pemisah antara segelintir orang yang kaya raya dengan sekelompok besar rakyat yang masih terbelit oleh lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty).” Ucap Muhadjir.

Dari sisi lain, Muhadjir menambahkan  Bank Dunia menyebutkan indikasi lain bahwa pada tahun 2024 lebih dari 60,3 persen penduduk Indonesia atau setara dengan 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan. Di sisi lain, data resmi dari BPS, tingkat kemiskinan Indonesia per September 2024 sebesar 8,57 persen atau sekitar 24,06 juta jiwa. Ini berbeda karena indikatornya jauh berbeda.

Sebagai contoh versi BPS, lanjut Muhadjir, jika suatu keluarga terdiri dari lima jiwa, berpenghasilan sekitar 3 juta rupiah ke atas, maka tidak termasuk keluarga miskin. Sementara itu, bersi Bank Dunia apabila dalam suatu keluarga terdapat lima jiwa, berpenghasilan sekitar 17 juta rupiah ke atas baru disebut bukan keluarga miskin.

“Bagaimana menyikapi angka berbeda ini? Ya harus bijaksana. Kalau kita hanya memakai standar minimum nasional, kita bisa merasa sudah berhasil, padahal kenyataannya sebagian besar rakyat masih belum mencapai standar hidup yang bermartabat sesuai dengan tingkat perkembangan ekonomi kita.” Ujar Muhadjir.

Tapi memang harus diakui lanjutnya lagi, penerapan standar Bank Dunia sepenuhnya tanpa ada reserve juga tidak sesuai dengan keadaan di lapangan. Keluarga yang berpenghasilan 17 juga sudah lebih dari cukup, apalagi di daerah. Isunya, masalah kemiskinan adalah isu bersama yang terus harus diperangi seterusnya.

Baca Juga :  Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis di Bekasi: Komitmen Wujudkan Generasi Emas 2045

Menurut Muhadjir, isu terakhir bagi Indonesia ke depan adalah etika dalam pembangunan sebagai kompas bagi masa depan bangsa. Etika menduduki tempat yang sangat vital dalam pembangunan. Pembangunan yang inklusif dan mempertimbangkan betul dari sisi baik-buruk. Tidak hanya mengejar angka pertumbuhan saja, tetapi juga harus memastikan tak ada yang tertinggal, mengoreksi ketimpangan akses, dan menjunjung martabat manusia, bukan hanya statistik.

Etika, aku Muhadjir, menuntun kita untuk tidak puas hanya dengan penurunan angka kemiskinan versi nasional, melainkan mendorong kebijakan yang menaikkan standar hidup rata-rata, sehingga selaras dengan kedudukan Indonesia sebagai negara berkembang maju.

“Pembangunan sejati bukanlah tentang seberapa cepat kita maju, tetapi seberapa banyak yang kita ajak maju bersama.” Tegas Muhadjir.

“Isu keadilan jangan sekali-kali dilupakan. Potret pembangunan ke depan harus inklusif dalam berkebijakan, etis dalam pendekatan, metode dan tindakan, dan  mengedepankan visi ke depan, berkesinambungan dan berkelanjutan.” Imbuhnya.[]

Berita Terkait

Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis Hadir di Desa Rahayu Bandung
Perluasan MBG di Karawang: Wujud Komitmen Bersama Bangun Generasi Sehat dan Cerdas
Sosialisasi Program MBG di Leuwiliang Dorong Partisipasi Masyarakat untuk Perbaikan Gizi Nasional
Sosialisasi MBG di Bekasi Tegaskan Komitmen Pemerintah Jaga Kualitas dan Keamanan Pangan
BEM Unindra Gelar Diskusi Publik “Menakar Janji dan Kenyataan” Setahun Pemerintahan Berjalan
Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis di Bekasi: Komitmen Wujudkan Generasi Emas 2045
Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bekasi Dorong Komitmen Peningkatan Gizi Nasional
Sosialisasi Program MBG di Pondok Gede: Dorong Gizi Seimbang untuk Wujudkan Generasi Unggul
Berita ini 10 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 27 Oktober 2025 - 12:56 WIB

Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis Hadir di Desa Rahayu Bandung

Jumat, 24 Oktober 2025 - 07:24 WIB

Perluasan MBG di Karawang: Wujud Komitmen Bersama Bangun Generasi Sehat dan Cerdas

Kamis, 23 Oktober 2025 - 13:28 WIB

Sosialisasi Program MBG di Leuwiliang Dorong Partisipasi Masyarakat untuk Perbaikan Gizi Nasional

Kamis, 23 Oktober 2025 - 13:10 WIB

Sosialisasi MBG di Bekasi Tegaskan Komitmen Pemerintah Jaga Kualitas dan Keamanan Pangan

Selasa, 21 Oktober 2025 - 15:12 WIB

BEM Unindra Gelar Diskusi Publik “Menakar Janji dan Kenyataan” Setahun Pemerintahan Berjalan

Berita Terbaru

Cirebon

GPAN Cirebon Siap Gelar Kampung Lawas Idol 2025

Senin, 27 Okt 2025 - 10:51 WIB

Budaya

Jejak Nama Jalan Bangka di Pela Mampang*

Minggu, 26 Okt 2025 - 15:25 WIB