ETNIKOM.NET, CIREBON – Tradisi Panjang Jimat, warisan budaya terbesar Keraton Kasepuhan Cirebon, terancam hilang jika generasi muda tidak lagi peduli terhadap nilai leluhur. Prosesi sakral yang digelar setiap bulan Rabiul Awal untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW ini dikhawatirkan hanya akan menjadi cerita sejarah apabila tidak dilestarikan.
Rangkaian Panjang Jimat diawali dengan pembacaan shalawat dan doa bersama. Setelah itu, pusaka-pusaka keraton dikeluarkan dalam kirab dan diarak menuju Langgar Agung. Ribuan masyarakat memenuhi jalur prosesi, banyak di antaranya berebut mendekat untuk sekadar menyentuh pusaka karena diyakini membawa berkah.
Kepala Pemandu Keraton Kasepuhan, Pak Iman (64), menjelaskan Panjang Jimat memiliki makna mendalam.
“Dalam bahasa Cirebon, jimat berasal dari kata siji yang berarti satu, dan rumat yang artinya menjaga. Panjang Jimat mengingatkan kita agar menjaga satu hal terpenting dalam hidup umat Islam, yaitu dua kalimat syahadat,” ungkapnya.
imam juga menyampaikan keprihatinan terkait minimnya keterlibatan generasi muda.
“Kalau anak muda tidak peduli, tradisi bisa hilang. Jangan sampai budaya kita justru lebih dihargai di luar negeri baru kita merasa kehilangan,” tegasnya.
Tradisi Panjang Jimat sejatinya bukan sekadar ritual seremonial, melainkan sarana memperkuat iman, menghormati leluhur, dan mempererat kebersamaan masyarakat. Tetapi tanpa dukungan serius dari generasi muda dan pemerintah, tradisi agung ini berpotensi pudar digerus modernisasi.









