ETNIKOM.NET, JAKARTA — Cirebon bukan hanya terkenal dengan empal gentong dan tahu gejrotnya, tapi juga punya warisan budaya yang kaya. Kota yang terletak di jalur pantura Jawa Barat ini sejak dulu menjadi titik pertemuan berbagai tradisi. Dari Jawa, Sunda, Islam, hingga Tionghoa—semua melebur jadi satu, melahirkan identitas budaya yang unik.
Sejarah budaya Cirebon tak bisa dipisahkan dari Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo. Beliau mendirikan Kesultanan Cirebon pada abad ke-15 dan menjadikan kota ini pusat penyebaran Islam. Dakwahnya bukan hanya lewat pengajian, tapi juga melalui seni, tradisi, dan kehidupan sehari-hari. Karena itu, budaya Cirebon selalu punya sentuhan religius.
Kalau bicara Cirebon, pasti teringat batik mega mendung. Motif awan biru ini sudah jadi ikon dunia, sering dipakai desainer hingga pejabat. Filosofinya mendalam: melambangkan kesabaran, keteduhan, dan luasnya hati. Selain mega mendung, ada juga motif batik khas lain seperti paksinaga liman yang penuh cerita simbolik.
Salah satu seni paling populer dari Cirebon adalah tari topeng. Penarinya menggunakan topeng berwarna-warni dengan karakter berbeda. Ada Topeng Panji yang lembut, Topeng Rumyang yang penuh makna spiritual, dan Topeng Kelana yang melambangkan sifat angkara murka. Menonton tarian ini seperti membaca kisah kehidupan manusia.
Setiap bulan Maulid Nabi, Cirebon ramai dengan tradisi Muludan. Puncaknya adalah acara Panjang Jimat di keraton, berupa arak-arakan pusaka dan doa bersama. Ribuan orang datang, bukan hanya warga lokal, tapi juga peziarah dari luar kota. Tradisi ini memperlihatkan bagaimana budaya dan agama berpadu dalam satu perayaan.
Budaya Cirebon juga terasa di dapurnya. Ada empal gentong dengan kuah gurih khas, nasi jamblang yang disajikan dengan daun jati, dan tahu gejrot yang segar dengan bumbu pedas-manis. Setiap hidangan menyimpan cerita tentang percampuran budaya pesisir yang terbuka pada berbagai pengaruh.
Hingga kini, budaya Cirebon masih hidup dan terus berkembang. Batik tetap diproduksi, tari topeng masih dipentaskan, dan tradisi keraton selalu menarik wisatawan. Cirebon bukan hanya kota transit di jalur pantura, tapi juga destinasi budaya yang layak dijelajahi.[]
Penulis : Gofur









