ETNIKOM.NET, JAKARTA – Gelaran Islamic Book Fair (IBF) 2025 tak hanya jadi ajang belanja buku Islami, tapi juga menjadi ruang inspiratif bagi mereka yang sedang atau telah menapaki jalan hijrah.
Salah satu momen paling menyita perhatian tahun ini adalah hadirnya publik figur Natasha Rizki, yang dikenal luas sebagai selebriti berhijrah dan influencer.
Dalam talkshow bertajuk “Perjalanan Hijrah dan Peran Literasi Islam dalam Kehidupan Modern”, Natasha Rizki membagikan transformasi spiritualnya di hadapan para pengunjung yang memenuhi panggung utama IBF di Jakarta Convention Center, Sabtu (21/6/25).
“Hijrah bukan sekadar penampilan. Buku-buku Islami mengajarkan saya untuk memahami makna kehidupan dengan lebih dalam,” ungkap Natasha, yang kini aktif dalam berbagai kegiatan dakwah dan sosial.
Natasha menyebut buku pertama yang menyentuh hatinya adalah karya-karya spiritual ringan namun penuh makna dari penulis-penulis Indonesia seperti Salim A. Fillah dan Habiburrahman El Shirazy. Baginya, buku adalah teman hijrah yang setia.
Fenomena hijrah selebriti belakangan ini memang menjadi sorotan masyarakat. Dari aktor hingga musisi, banyak yang menemukan kedamaian batin setelah menempuh jalan kembali ke nilai-nilai Islam. IBF menjadi ruang bagi mereka untuk berbagi dan menginspirasi lebih banyak kalangan, khususnya generasi muda.
Selain Natasha Rizki, hadir pula deretan penulis, ustadz muda, dan konten kreator muslim yang turut menyemarakkan acara dengan kajian literasi, bedah buku, dan diskusi interaktif.
IBF 2025 menampilkan lebih dari 1.000 judul buku baru dari ratusan penerbit Islami. Pameran ini bukan sekadar ruang transaksi, tapi juga tempat lahirnya perubahan: dari sekadar pembaca menjadi pengamal nilai-nilai yang tertulis.
“Kami tidak hanya ingin menjual buku, tapi juga menyalakan lentera iman lewat literasi,” ujar Ketua Panitia IBF, Ust. Ahmad Syakur.
Gelaran IBF 2025 akan berlangsung hingga 24 Juni 2025, dengan agenda padat, mulai dari kajian keluarga Islami, workshop parenting, hingga aktivitas literasi anak-anak Muslim.
IBF membuktikan bahwa buku tak pernah kehilangan daya sentuhnya—ia tetap menjadi jembatan menuju perubahan, bahkan bagi para figur publik seperti Natasha Rizki.[]
