Kunjungan Trump ke Timur Tengah dan Harapan Baru Dunia

- Redaksi

Kamis, 15 Mei 2025 - 08:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Penulis : Dr M. Imam Shamsi Ali, Lc, M.A | Direktur Jamaica Muslim Center, Presiden Nusantara Foundation New York

 

ETNIKOM.NET, JAKARTA — Dalam beberapa hari ini mata dunia tertuju ke Timur Tengah, khususnya Saudi, Qatar, dan Emirate. Kali ini bukan karena sebuah isu kekerasan, peperangan dan penghancuran. Tapi dikarenakan kunjungan Presiden Amerika Serikat, Donald J Trump ke ketiga negara itu. Selain dibersamai oleh delegasi resmi pemerintanannya, Donald Trump juga dibersamai oleh rombongan pimpinan Perusahaan-Perushaan besar Amerika.

Saya tidak terlalu tertarik membahas keberhasilan Donald Trump membujuk Pangeran Saudi Arabia, Muhammad bin Salman, untuk berinvestasi sebesar 1 Trilyun ke Amerika. Saudi Arabia dengan lapang dada memberikan $600 Milyar pada tahap awal.

Dalam sambutannya Pangeran MBS menyebutkan akan memenuhi target 1 T itu. Dalam bahasa kedua pemimpin negara itu kesepakatan ini adalah kesepakatan investasi terbesar dalam sejarah kedua negara.

Namun yang paling menarik dari kunjungan ini bagi saya adalah kenyataan bahwa kunjungan Donald Trump ini akan merubah wajah Timur Tengah dari wajah suram dan seram menjadi wajah bersinar dan menawan di masa depan. Dari Timur Tengah yang diwarnai oleh konflik dan kekerasan kepada Timur Tengah yang lebih damai, maju dan makmur.

Minimal ada empat catatan penting yang ingin saya garis bawahi dalam kaitan dengan kunjungan Donald Trump ke Timur Tengah ini.

Pertama, perihal Palestina-Israel.

Kunjungan seorang Presiden Amerika ke Timur Tengah tanpa menyinggahi Israel adalah “slapping on the face” terhadap negara zionis itu. Hal itu diperkuat lagi pembebasan seorang warga negara Amerika yang ditahan Hamas tanpa melibatkan Israel dalam proses.

Tapi yang lebih penting adalah pengakuan Trump dalam pidatonya di hadapan Bisnis Forum Riyadh bahwa warga Gaza telah sangat menderita. Dan karenanya harus diakhiri dan segera harus diselesaikan.

Memang dalam pidato itu Trump membujuk Pangeran MBS untuk ikut di Abrahamic Accord atau persetujuan membangun hubungan diplomasi dengan Israel. Tapi kita ketahui bahwa posisi Saudi Arabia cukup solid yang mempersyaratkan bahwa hal itu “hanya” akan terjadi dengan kemerdekaan Palestina.

Karenanya jika memang Trump ingin Saudi mengaku Israel maka Amerika harus segera mengakui Palestina sebagaj negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai Ibukotanya. Jika ini terjadi maka itulah yang menjadi harapan semua pihak.

Kedua, hubungan dengan Iran

Dalam pidatonya Trump juga menyinggung banyak tentang Iran. Iran selama ini dianggap ancaman bagi banyak kalangan di kawasan. Bukan hanya dianggap ancaman bagi Israel. Tapi juga kepada negara-negara tetangga Arab, termasuk Saudi dan Emirate.

Baca Juga :  Belanda, Dari Rempah-Rempah Hingga Neo Kolonialisme Penjajah

Tidak mengejutkan Trump dalam berbicara mengedepankan exaggerating words atau kata-kata yang dilebih-lebihkan. Baik itu dalam pujian, termasuk pujian diri sendiri, atau sebaliknya dalam ancaman.

Namun yang menarik adalah tanpa basa basi Donald Trump secara terbuka menyatakan ingin melakukan kerjasama dengan Iran. Dan hal ini dinyatakan di depan pemimpin negara-negara teluk yang banyak mengkhawatirkan pengaruh Iran di kawasan.

Nampaknya mereka tidak menolak itu karena Trump dengan tegas mengatakan tidak akan memberikan kesempatan kepada Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Hal yang ditakuti oleh Israel dan negara-negara tetangga lainnya.

Jika Amerika berhasil membangun relasi dengan Iran atas dasar “mutual interests”, saya yakin negara-negara kawasan Timur Tengah akan semakin tenang, damai, maju, makmur dan kuat. Barangkali yang akan kurang tidur di malam hari adalah pemimpin radikal Israel Benjamin Natanyahu.

Hubungan yang baik antara Iran, Turki, Saudi, Emirate dan Qatar, yang diikat oleh hubungan yang baik dengan Amerika akan menjadi fondasi stabilitas kawasan dan dunia.

Dengan terbangunnya hubungan yang baik antara Iran, Saudi dan Amerika, kekerasan yang terus terjadi di Yaman juga akan berakhir. Barangkali yang akan menjadi nilai negatif (atau positif), tergantung siapa dan dari sudut mana melihatnya, adalah berhentinya serangan rudal kelompok Huthi ke Israel. Maka sebenarnya hubungan yang baik ini sangat positif dan bersifat win-win solution (semua menang).

Ketiga, penghentian boikot untuk Suriah.

Salah satu hal yang barangkali menjadikan kunjungan ini signifikan adalah keputusan dan pengumuman Donald Trump jika dia menghentikan sanksi terhadap Suriah. Lebih dari itu bahkan di selah-selah acara business forum di Riyadh Donald Trump telah melakuan pertemuan dengan pemimpin Suriah.

Penghentian sandali terhadap Suriah dan terjalinnya kembali hubungan yang baik antara Suriah dan Amerika memilki makna penting tersendiri. Selain karena pemimpin Suriah kali ini, Ahmad Al-Sharaa, memiliki latar belakang yang biasanya Amerika di black list. Dengan diterimanya beliau oleh Presiden Amerika menandakan bahwa label-label palsu kepada sebagian pejuang tidak lagi efektif untuk meredam perjuangan umat.

Tapi hal yang lebih penting digaris bawahi bahwa yang paling khawatir dengan stabilitas Suriah dan pemimpin barunya adalah negara Zionis. Karenanya stabilitas yang terjadi di Suriah dengan dukungan dua negara besar Timur Tengah; Turki dan Saudi Arabia, dengan relasi yang baik dengan Amerika (dan Eropa Barat) pastinya hadir sebagai sebagai kekuatan dan pemain regional yang akan diperhitungkan.

Baca Juga :  Evakuasi Sementara: Dinamika Kebijakan Bersyarat Polugri RI Terhadap Palestina

Suriah dalam sejarahnya tidak akan pernah berpangku tangan dengan penderitaan sesama di sekitarnya. Hal itu tentunya menjadikan negara Zionis menjadi semakin khawatir. Pastinya akan berusaha untuk melakukan apa saja, termasuk membangun persepsi jika pemimpin Suriah itu berbahaya bagi keamanannya dan keamananan regional dan dunia. Tapi dengan tiga negara ini; Saudi, Turki, Amerika, hal itu juga tidak akan mudah.

Ketiga, Timur Tengah dan dunia tanpa intervensi Amerika

Saya jujur mengakui bahwa pada aspek ini saya kagum dengan Donald Trump. Di mana dia secara elegan tidak saja mengakui kehebatan dan potensi yang dimiliki oleh Timur Tengah (identik dengan Islam), dan negara-negara dunia lainnya.

Tapi yang lebih penting mengeritik secara terbuka berbagai intervensi (apa yang dia sebut sebagai) Neo Liberalis Amerika. Walaupun saya tidak terlalu paham dengan hal ini, nampaknya yang dimaksud adalah lawan dari New Conservative yang mendukung Trump dalam posisi politiknya.

Apapun itu yang saya kagumi dari Trump pada aspek ini adalah mengakui kehebatan dan potensi yang ada pada bangsa lain. Salah satunya apa yang dia sebut dengan “Miracle Middle East Way”. Karenanya dia berjanji untuk tidak lagi melakukan intervensi-intervensi dalam proses membangun negara-negar lain. Yang akan dia dilakukan adalah membangun kerjasama dengan semua pihak dalam membangun dunia yang lebih aman, damai, dan makmur.

Pada sisi ini nampaknya, sadar atau tidak, Trump mulai mengakui bahwa dunia Islam memiliki kekuatan yang tidak boleh dipandang remeh. Apalagi negara-negara Islam Timur Tengah yang masih memiliki kendali politik dan sumber kekayaan yang luar biasa. Lima negara ini: Saudi, Iran, Turki, Emirate dan Qatar, menjadi kunci kestabilan dunia, termasuk di bidang keamanan dan militer.

Dengan fenomena baru ini sebenarnya dunia Islam bisa memainkan peranan yang signifikan dalam Perdamaian dunia. Saudi dan Qatar memilik hubungan yang baik dengan kedua negara besar lainnya; China dan Rusia. Sehingga hubungan baik segi tiga; Amerika (Eropa Barat), Timur Tengah, dan China-Rusia, akan menjadikan dunai semakin aman, stabil, maju dan makmur.

Pertanyaannya, kira-kira di mana Indonesia akan memposisikan diri dan akan memainkan peranan apa dalam konstalasi dunia global saat ini?[]

Berita Terkait

Efek Domino Geopolitik Regional Iran–Israel Bagi Indonesia
Unsur Fisik dan Metafisik dari Sebuah Proses Pendidikan 
Fatherhood in Islam
Perlawanan Palestina, Simbol Kehidupan di Tengah Kematian Nurani
Kesombongan Netanyahu dan Kehancuran Zionis Israel
Islam, Public Engagement and New York City Election 
Vrije Man Sang Pemberontak Sejak Zaman Kolonial
Negara Prioritas yang Akan Dikunjungi Walikota New York Terpilih
Berita ini 8 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 17 Juni 2025 - 18:46 WIB

Unsur Fisik dan Metafisik dari Sebuah Proses Pendidikan 

Selasa, 17 Juni 2025 - 11:04 WIB

Fatherhood in Islam

Senin, 16 Juni 2025 - 19:13 WIB

Perlawanan Palestina, Simbol Kehidupan di Tengah Kematian Nurani

Senin, 16 Juni 2025 - 16:23 WIB

Kesombongan Netanyahu dan Kehancuran Zionis Israel

Senin, 16 Juni 2025 - 10:21 WIB

Islam, Public Engagement and New York City Election 

Berita Terbaru

Daerah

Jelang Munas 2026: DPP SWI Gelar Rapat Pleno Pengurus

Rabu, 18 Jun 2025 - 03:48 WIB