ETNIKOM.NET, CIREBON,– Tiga bulan sudah para pedagang di sekitar kawasan Batik Trusmi, Kecamatan Plered, merasakan dampak dari kebijakan perelokasian tempat jualan mereka. Kebijakan ini merupakan bagian dari rencana penataan kawasan Trusmi agar menjadi destinasi wisata seperti Malioboro di Yogyakarta.
Kebijakan tersebut berawal dari kunjungan tokoh Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), ke Trusmi pada 21 April lalu. Saat itu, KDM menilai Cirebon layak dijadikan “Yogyakartanya Jawa Barat” dengan batik Mega Mendung sebagai ikon daerah. Ia juga menekankan pentingnya penataan kawasan, pasar tradisional, hingga moda transportasi seperti becak agar lebih menarik wisatawan.
Sejak itu, para pedagang yang sebelumnya berjualan di Jl. Syekh Datul Kahfi dipindahkan ke Jl. H. Abbas atau kawasan Terminal Weru, Plered. Meskipun lokasi baru lebih luas dan tertata, sebagian pedagang mengaku mengalami penurunan pendapatan.
“Sudah tiga bulan di sini. Untungnya disediakan tempat, tapi jam jualan lebih pendek. Biasanya di tempat lama jam 2 sudah ramai, tapi di sini orang-orang baru keluar sore sekitar jam 3–4. Panas juga jadi orang enggan belanja,” ujar seorang pedagang ayam goreng.
Beberapa pedagang dari luar Plered, seperti dari Jamblang dan Palimanan, juga ikut berjualan di lokasi baru tersebut. Namun, kondisi terminal yang terbuka membuat konsumen lebih jarang datang pada siang hari, sehingga waktu jualan menjadi terbatas.
Meski begitu, kebijakan perelokasian ini dinilai sebagai langkah awal penataan kawasan Trusmi. Harapannya, kawasan ini ke depan benar-benar dapat menjadi Malioboro-nya Cirebon yang indah, rapi, dan nyaman bagi pedagang maupun pengunjung.(Nufa/M)









