Fantasi Sedarah dan Runtuhnya Fungsi Pelindung Keluarga

- Redaksi

Sabtu, 24 Mei 2025 - 16:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Penulis: Ipah Nurlaela Sari, S.H. | Praktisi Pendidikan

 

ETNIKOM.NET, JAKARTA — Kasus hubungan sedarah yang baru-baru ini terungkap dari salah satu grup Facebook bernama “Fantasi Sedarah” kembali mengguncang publik. Grup yang memiliki lebih dari 32.000 anggota ini secara terbuka membagikan fantasi dan pengalaman seksual yang menyimpang—kebanyakan dari seorang ayah terhadap anak kandungnya.

Sungguh fenomena yang sangat mengerikan di tengah masyarakat. Seorang pria yang seharusnya menjadi qawwam—pelindung, penjaga, dan pendidik bagi keluarganya—justru menjadi pelaku kejahatan terhadap darah dagingnya sendiri.

Warganet pun mengecam keras keberadaan grup ini. Mereka menilai bahwa hal tersebut merupakan bentuk penyimpangan yang tidak dapat ditoleransi.

Sebagaimana disampaikan Wakil Menteri Angga Raka Prabowo, grup-grup semacam ini sangat mengganggu dan tidak bisa dibiarkan. “Mereka tidak manusiawi dan polisi harus menyelidiki siapa yang berada di balik grup-grup tersebut,” ujarnya. (BisnisUpdate.com, 16 Mei 2025)

Kasus seperti ini bukan sekali dua kali terjadi. Dalam beberapa tahun terakhir, laporan mengenai hubungan sedarah, pelecehan dalam keluarga, hingga konten inses di media sosial dan situs dewasa menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.

Salah satunya diberitakan Kompas.id pada 19 Oktober 2024 tentang seorang remaja perempuan berusia 16 tahun yang kerap diperkosa oleh ayah kandung dan kakak tirinya.

Banyak kasus serupa lainnya. Pun dalam kasus grup Facebook tersebut, meskipun telah dibubarkan dan sejumlah pelaku ditangkap, fenomena ini berpotensi terus bermunculan dalam berbagai bentuk baru.

Akar Masalah: Ketika Agama Ditanggalkan

Hal ini terjadi karena aturan agama telah ditanggalkan dari kehidupan. Mengakibatkan masyarakat kehilangan kontrol sosial; keluarga sebagai benteng 9akhlak melemah, sementara arus liberalisme seksual terus mempromosikan jargon “kebebasan tanpa batas”.

Baca Juga :  Konferensi Tahunan Umat Kristen di Kota New York

Manusia hidup mengikuti syahwat semata, tanpa pedoman yang jelas, hingga batas antara yang layak dan bejat pun menjadi kabur. Keluarga rusak, dan sistem keluarga muslim nyaris runtuh akibat gempuran ide-ide sekuler yang menjauhkan umat dari ajaran Islam.

Inilah dampak penerapan sistem sekuler-kapitalisme. Ketika agama diasingkan dari kehidupan, maka yang memimpin adalah hawa nafsu dan akal manusia yang terbatas. Sistem ini membebaskan individu sejauh mungkin dari aturan Allah, menjadikan kebebasan sebagai nilai mutlak.

Maka tak heran, penyimpangan semacam ini kadang justru dibela atas nama hak individu dan HAM, meski jelas-jelas bertentangan dengan akal sehat dan moral dasar manusia. Negara dalam hal ini – sejatinya tidak boleh abai apalagi ikut menjadi pelanggeng kerusakan, bukan pelindung bagi masyarakat.

Islam Menjaga Keluarga dan Masyarakat Secara Menyeluruh

Islam, sebagai agama sekaligus sistem hidup yang sempurna, tidak hanya mengatur hubungan spiritual antara hamba dengan Sang Khalik, tetapi juga seluruh aspek kehidupan manusia.

Termasuk di dalamnya memberikan solusi menyeluruh terhadap persoalan ini. Islam akan memberikan perlindungan terhadap kehormatan dan kemuliaan manusia dari perilaku menyimpang seperti inses.

Islam menetapkan inses sebagai perbuatan haram yang wajib dijauhi, dan menyediakan seperangkat aturan pencegahan yang komprehensif sejak dari akar masalahnya.

Negara dalam konsep Islam memiliki peran sentral dalam menjaga akhlak masyarakat dan keutuhan keluarga.

Baca Juga :  Gurita Narkoba dalam Sistem Sekuler Kapitalisme

Negara tidak bersikap netral, apalagi permisif terhadap penyimpangan, melainkan hadir aktif dalam membina rakyat dengan pendidikan Islam sejak dini, menata interaksi antara laki-laki dan perempuan, serta menutup seluruh celah yang bisa membuka pintu kemaksiatan.

Islam juga menetapkan adanya mekanisme amar makruf nahi mungkar yang hidup dalam masyarakat sebagai penjaga moral sosial. Sementara itu sistem sanksi yang tegas diterapkan untuk memberi efek jera bagi pelaku dan menjadi pelindung bagi masyarakat.

Sanksi ini bukan sekadar hukuman, melainkan bagian dari mekanisme taubat dan penebus kesalahan.

Tak kalah penting, media dalam negara Islam tidak dibebaskan menyebarkan apa pun atas nama kebebasan berekspresi. Justru negara akan memastikan media berperan dalam membangun kepribadian Islam, menjauhkan umat dari pornografi, seks bebas, dan konten-konten yang merusak fitrah manusia.

Dengan semua perangkat ini. Islam menjaga kesucian keluarga dan mencegah moral yang saat ini makin terbuka lebar akibat sistem sekuler-liberal.

Maka, sudah saatnya umat Islam kembali menyadari bahwa kerusakan yang terus menggerogoti masyarakat hari ini bukan semata-mata kesalahan individu, tetapi buah dari sistem yang rusak. Tak cukup kita hanya mengutuk perilaku penyimpangan, tanpa mencabut akar yang menumbuhkannya.

Hanya dengan kembali kepada Islam secara total, baik dari aspek individu, keluarga, masyarakat, hingga berbangsa dan bernegara—kita dapat mewujudkan kehidupan yang bersih, bermartabat dan penuh keberkahan.

Hingga kemuliaan manusia benar-benar dapat dijaga dan peradaban yang sehat dapat dibangun kembali. Wallahu ‘alam bisshowab.[]

Berita Terkait

Efek Domino Geopolitik Regional Iran–Israel Bagi Indonesia
Unsur Fisik dan Metafisik dari Sebuah Proses Pendidikan 
Fatherhood in Islam
Perlawanan Palestina, Simbol Kehidupan di Tengah Kematian Nurani
Kesombongan Netanyahu dan Kehancuran Zionis Israel
Islam, Public Engagement and New York City Election 
Vrije Man Sang Pemberontak Sejak Zaman Kolonial
Negara Prioritas yang Akan Dikunjungi Walikota New York Terpilih
Berita ini 31 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 17 Juni 2025 - 18:46 WIB

Unsur Fisik dan Metafisik dari Sebuah Proses Pendidikan 

Selasa, 17 Juni 2025 - 11:04 WIB

Fatherhood in Islam

Senin, 16 Juni 2025 - 19:13 WIB

Perlawanan Palestina, Simbol Kehidupan di Tengah Kematian Nurani

Senin, 16 Juni 2025 - 16:23 WIB

Kesombongan Netanyahu dan Kehancuran Zionis Israel

Senin, 16 Juni 2025 - 10:21 WIB

Islam, Public Engagement and New York City Election 

Berita Terbaru

Daerah

Jelang Munas 2026: DPP SWI Gelar Rapat Pleno Pengurus

Rabu, 18 Jun 2025 - 03:48 WIB