ETNIKOM.NET, JAKARTA — Indonesia dikenal sebagai negeri dengan kekayaan budaya yang tak terhitung jumlahnya. Salah satunya adalah angklung, alat musik tradisional yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan.
Suara khas angklung yang ritmis dan penuh harmoni telah melampaui batas geografis, menjadikannya salah satu ikon budaya Indonesia di kancah dunia.
Angklung berasal dari masyarakat Sunda di Jawa Barat. Sejak ratusan tahun lalu, angklung dimainkan dalam berbagai upacara adat, terutama untuk memohon kesuburan padi dan kelimpahan hasil panen. Bunyi angklung dipercaya mampu membangkitkan semangat masyarakat sekaligus menghadirkan suasana kebersamaan.
Namun, seiring waktu, angklung tidak hanya menjadi bagian dari ritual, melainkan juga berkembang sebagai hiburan, pendidikan, bahkan media diplomasi budaya Indonesia.
Angklung memiliki keunikan karena satu tabung bambu hanya menghasilkan satu nada. Untuk membentuk sebuah lagu, diperlukan kerja sama antara pemain. Dari sinilah angklung menjadi simbol gotong royong, kebersamaan, dan harmoni sosial. Setiap individu tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus bersinergi agar tercipta melodi yang indah.
Pada 18 November 2010, UNESCO menetapkan angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia. Pengakuan ini menegaskan bahwa angklung bukan hanya milik masyarakat Sunda, tetapi juga bagian dari warisan umat manusia.
Sejak itu, berbagai pertunjukan angklung digelar di mancanegara. Rekor dunia pun tercatat, salah satunya adalah penampilan 20 ribu orang memainkan angklung secara massal di Stadion Siliwangi, Bandung. Bahkan, di beberapa sekolah luar negeri, angklung dipelajari sebagai bagian dari kurikulum seni dan budaya.
Pemerintah Indonesia, melalui berbagai kedutaan dan komunitas budaya, kerap memperkenalkan angklung dalam forum internasional. Misalnya, pagelaran angklung di markas UNESCO di Paris, konser di Eropa, Amerika, hingga Asia. Diplomasi budaya ini menjadi jalan halus untuk memperkenalkan Indonesia kepada dunia dengan cara yang elegan dan mengesankan.
Meski mendunia, tantangan terbesar tetap ada demi menjaga kelestarian angklung di negeri sendiri. Generasi muda harus terus dikenalkan dengan seni musik ini, baik di sekolah maupun komunitas seni. Inovasi juga penting, seperti menggabungkan angklung dengan musik modern, agar tetap relevan dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.
Angklung adalah cermin dari filosofi hidup bangsa Indonesia: harmoni dalam keberagaman. Dari bilah bambu sederhana, lahirlah musik yang mampu menyatukan banyak orang, bahkan lintas bangsa.
Tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa angklung bukan sekadar alat musik, tetapi juga pesan persaudaraan dari Indonesia untuk dunia.[]
Penulis : Gofur









