Batik Putra Bengawan: Warisan Laweyan yang Menjaga Tradisi di Tengah Modernitas - PT. Etnikom Persada Raya

Batik Putra Bengawan: Warisan Laweyan yang Menjaga Tradisi di Tengah Modernitas

- Redaksi

Minggu, 2 November 2025 - 09:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengrajin Batik Putra Begawan (Foto/Ana)

Pengrajin Batik Putra Begawan (Foto/Ana)

ETNIKOM.NET, SOLO – Di jantung Kota Solo, tepatnya di kawasan legendaris Kampung Batik Laweyan, berdiri sebuah usaha batik yang konsisten menjaga tradisi sambil mengikuti arus zaman — Batik Putra Bengawan. Nama “Bengawan” diambil dari sungai yang menjadi ikon Kota Surakarta, yakni Bengawan Solo, yang seakan menjadi saksi perjalanan panjang seni batik dari masa ke masa.

Sejarah dan Filosofi Batik Putra Bengawan

Didirikan pada tahun 2009, Batik Putra Bengawan hadir sebagai wujud kecintaan terhadap seni batik klasik sekaligus upaya untuk memperkenalkan batik dalam gaya modern. Beralamat di Jl. Sidoluhur No. 33, Laweyan, Surakarta, brand ini menjadi bagian dari denyut nadi Kampung Batik Laweyan — salah satu pusat batik tertua di Indonesia yang sarat nilai sejarah.

Sejak awal berdiri, Batik Putra Bengawan berkomitmen menghadirkan karya batik dengan mutu tinggi, baik dari segi bahan, motif, maupun teknik pewarnaan. Filosofinya sederhana: melestarikan warisan nenek moyang dengan sentuhan kreativitas masa kini.

Kualitas dan Keunggulan Produk

Produk-produk Batik Putra Bengawan meliputi:

Kain batik tulis dan cap dengan motif klasik dan kontemporer.

Busana pria dan wanita seperti hem, blouse, dress, hingga outer modern.

Koleksi fashion kasual untuk kalangan muda yang ingin tampil elegan namun tetap membawa nuansa budaya.

Hal yang membedakan Batik Putra Bengawan dengan produsen batik lain adalah perpaduan desain klasik dengan gaya modern. Motif-motif khas Solo seperti Parang, Kawung, Truntum, dan Sidomukti dikreasikan dalam warna dan pola yang lebih fleksibel agar cocok untuk berbagai kesempatan, baik formal maupun santai.

Selain itu, setiap helai kain batiknya diproses dengan ketelitian tinggi — mulai dari pencantingan hingga pewarnaan — menjadikan hasil akhirnya tampak hidup dan berkarakter.

Jenis-Jenis Cairan Pewarna dalam Batik

Salah satu elemen penting dalam proses pembuatan batik adalah cairan pewarna. Jenis pewarna yang digunakan sangat menentukan hasil akhir: dari warna, ketahanan, hingga kesan estetika kain. Batik Putra Bengawan dikenal memadukan teknik tradisional dengan bahan pewarna berkualitas tinggi, baik alami maupun sintetis.

Baca Juga :  Laskar Agung Macan Ali Gaungkan Persatuan dan Toleransi di Milad ke-9 di Kota Cirebon

Berikut penjelasan jenis-jenis cairan pewarna batik yang umum digunakan:

1. Pewarna Alami

Pewarna alami berasal dari bahan tumbuhan atau hewan. Jenis ini banyak digunakan oleh pengrajin yang ingin menjaga nilai ramah lingkungan dan mempertahankan karakter warna yang lembut serta mendalam.

Beberapa contoh pewarna alami:

Daun indigofera (tarum) → menghasilkan warna biru.

Kulit kayu tinggi atau jambal → menghasilkan warna cokelat kemerahan.

Daun mangga atau jati → menghasilkan warna hijau kekuningan.

Kulit soga (tingi, tegeran, dan soga jawa) → menghasilkan warna soga klasik yang menjadi ciri khas batik Solo dan Yogyakarta.

Kelebihan pewarna alami:

Warna lembut dan elegan.

Ramah lingkungan.

Menambah nilai artistik karena proses pewarnaan membutuhkan waktu dan ketelatenan tinggi.

Kekurangannya:

Proses pewarnaan lebih lama.

Warna cenderung mudah pudar jika tidak dirawat dengan benar.

2. Pewarna Sintetis

Untuk produksi yang lebih masif dan stabil, digunakan pewarna sintetis karena warnanya lebih kuat dan tahan lama. Jenis ini sering digunakan juga di industri batik modern seperti Batik Putra Bengawan yang memadukan efisiensi dengan estetika.

Jenis-jenis pewarna sintetis yang umum digunakan antara lain:

a. Napthol

Bentuknya bubuk, tidak larut air.

Digunakan bersama bahan pembantu seperti kostik soda dan garam diazo.

Menghasilkan warna-warna cerah seperti merah, oranye, ungu, dan cokelat.

b. Indigosol

Larut dalam air dan menghasilkan warna lembut.

Sering digunakan untuk warna biru tua atau hitam keabu-abuan.

Dapat digunakan dengan teknik colet (dioles) maupun celup.

c. Remasol

Warna sangat kuat dan tidak mudah luntur.

Baca Juga :  Pesona Budaya Cirebon: Perpaduan Jawa, Sunda, Islam, dan Tionghoa

Cocok untuk teknik batik colet atau lukis.

Banyak digunakan untuk batik modern karena tahan cuci dan sinar matahari.

d. Procion

Jenis pewarna reaktif yang dapat menyatu sempurna dengan serat kain.

Hasilnya cerah, tahan lama, dan cocok untuk batik kontemporer.

3. Cairan Pelengkap dalam Proses Batik

Selain zat pewarna, ada pula beberapa cairan pelengkap penting dalam proses pembuatan batik:

Malam (lilin batik): cairan lilin yang digunakan untuk menutup bagian kain agar tidak terkena warna.

Kostik soda (NaOH): digunakan untuk membantu proses larutnya napthol.

Soda abu (Na₂CO₃): berfungsi menetralisir larutan pewarna dan membantu penyerapan warna ke kain.

Tro (Na₂S₂O₄): digunakan untuk mereduksi zat warna tertentu agar lebih cepat menempel.

Cuka (asam asetat): untuk mengunci warna dan menjaga kestabilan pH pada proses akhir.

Merawat Batik agar Tetap Indah

Untuk menjaga keindahan batik Putra Bengawan, beberapa langkah perawatan penting perlu dilakukan:

1. Cuci batik dengan air dingin dan sabun lembut (hindari deterjen keras).

2. Jangan diperas, cukup diremas lembut.

3. Jemur di tempat teduh (tidak terkena matahari langsung).

4. Setrika dari bagian dalam kain agar motif tidak rusak.

5. Simpan dalam tempat kering dengan pewangi alami seperti daun pandan atau cengkeh.

Menjaga Warisan, Merajut Masa Depan

Batik Putra Bengawan bukan sekadar industri kain, melainkan penjaga identitas budaya yang terus hidup di tengah arus modernisasi. Dengan menggabungkan teknik klasik dan inovasi warna modern, Batik Putra Bengawan berhasil membuktikan bahwa warisan budaya tidak hanya untuk dikenang, tetapi juga untuk dipakai — dengan bangga.

Dari lorong-lorong Laweyan yang beraroma malam batik, hingga ke panggung mode nasional, karya Putra Bengawan menjadi simbol bahwa tradisi bisa berjalan seiring dengan modernitas tanpa kehilangan jati diri.[]

Penulis : Gofur

Berita Terkait

Keraton Surakarta: Warisan Adiluhung yang Menjaga Marwah Budaya Jawa
IICF 2025: Merajut Harmoni Budaya dari Nusantara untuk Dunia
Jejak Nama Jalan Bangka di Pela Mampang*
Laskar Agung Macan Ali Gaungkan Persatuan dan Toleransi di Milad ke-9 di Kota Cirebon
Tradisi Pernikahan Masyarakat Betawi: Harmoni Antara Adat, Islam, dan Keceriaan
Budaya Brunei Darussalam: Harmoni Islam dan Tradisi Melayu
Aksara Batak Mendunia: Semangat Generasi Muda Melestarikan Warisan Leluhur Lewat Parsiajaran Marsurat Batak
Colours of Cultures Festival (CoCF) 2025: Melodi Nusantara
Berita ini 7 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 2 November 2025 - 09:15 WIB

Batik Putra Bengawan: Warisan Laweyan yang Menjaga Tradisi di Tengah Modernitas

Minggu, 2 November 2025 - 08:45 WIB

Keraton Surakarta: Warisan Adiluhung yang Menjaga Marwah Budaya Jawa

Minggu, 26 Oktober 2025 - 15:25 WIB

Jejak Nama Jalan Bangka di Pela Mampang*

Minggu, 26 Oktober 2025 - 14:34 WIB

Laskar Agung Macan Ali Gaungkan Persatuan dan Toleransi di Milad ke-9 di Kota Cirebon

Selasa, 14 Oktober 2025 - 08:06 WIB

Tradisi Pernikahan Masyarakat Betawi: Harmoni Antara Adat, Islam, dan Keceriaan

Berita Terbaru