Keraton Surakarta: Warisan Adiluhung yang Menjaga Marwah Budaya Jawa - PT. Etnikom Persada Raya

Keraton Surakarta: Warisan Adiluhung yang Menjaga Marwah Budaya Jawa

- Redaksi

Minggu, 2 November 2025 - 08:45 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Keraton Surakarta Hadiningrat di Solo, Jawa Tengah (Foto/Ana)

Keraton Surakarta Hadiningrat di Solo, Jawa Tengah (Foto/Ana)

ETNIKOM.NET, SOLO – Di tengah hiruk-pikuk modernisasi dan deru kendaraan di jantung Kota Solo, berdiri megah sebuah istana yang menjadi saksi perjalanan panjang sejarah Jawa: Keraton Surakarta Hadiningrat. Bangunan ini bukan sekadar simbol kekuasaan masa lampau, melainkan penjaga nilai-nilai luhur yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Keraton Surakarta didirikan pada tahun 1745 Masehi oleh Sri Susuhunan Pakubuwono II, setelah perpindahan pusat pemerintahan dari Kartasura akibat kerusuhan besar. Sejak saat itu, keraton menjadi pusat pemerintahan, kebudayaan, dan spiritualitas masyarakat Jawa bagian tengah. Arsitekturnya memadukan unsur Hindu, Islam, dan tradisi Jawa yang sarat makna filosofi.

Makna dan Filosofi di Balik Arsitektur

Keraton Surakarta bukan sekadar bangunan megah, tapi juga manifestasi filosofi hidup orang Jawa. Tata ruangnya menggambarkan perjalanan manusia dari dunia profan menuju spiritualitas yang suci. Dari pintu utama Gladag hingga Siti Hinggil dan Dalem Ageng Prabasuyasa, setiap bagian mengandung simbol moral dan spiritual — ajaran tentang keseimbangan antara lahir dan batin, duniawi dan ukhrawi.

Baca Juga :  Peringatan Ulang Tahun Ke-1 Museum Topeng Cirebon

Pusat Budaya dan Tradisi

Meski kekuasaan politiknya telah bergeser, Keraton Solo tetap berperan sebagai pusat pelestarian budaya Jawa. Upacara adat seperti Sekaten, Grebeg Maulud, dan Kirab Pusaka 1 Suro masih dilaksanakan setiap tahun. Acara-acara tersebut bukan sekadar ritual, melainkan bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual dan kebersamaan warga Solo.

Selain itu, di dalam kompleks keraton terdapat Museum Keraton Surakarta, yang menyimpan berbagai peninggalan bersejarah seperti gamelan kuno, kereta kencana, naskah pusaka, serta perhiasan raja dan permaisuri masa lalu. Benda-benda ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang Keraton sebagai penjaga kebudayaan dan identitas bangsa.

Simbol Keagungan dan Tantangan Zaman

Keraton Surakarta saat ini dipimpin oleh Sunan Pakubuwono XIII, yang terus berupaya mempertahankan marwah dan fungsi sosial budaya keraton di tengah tantangan modernisasi. Konflik internal yang sempat terjadi beberapa tahun silam kini mulai mereda, seiring dengan upaya rekonsiliasi dan restorasi bangunan bersejarah yang rusak akibat gempa dan usia.

Baca Juga :  Suasana Pasar Muludan Keraton Kasepuhan Ramai, Aparat dan Laskar Macan Ali Turun Jaga Keamanan

Keraton kini juga menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Kota Solo. Pemerintah daerah bersama pihak keraton berkolaborasi untuk mengembangkan kawasan ini sebagai pusat wisata budaya dan edukasi yang menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.

Menjaga Warisan, Menyongsong Masa Depan

Lebih dari sekadar bangunan tua, Keraton Surakarta adalah identitas dan kebanggaan masyarakat Jawa. Ia adalah simbol kesinambungan antara masa lalu dan masa depan, antara tradisi dan kemajuan. Selama nilai-nilai yang dijunjung tinggi tetap dijaga, Keraton akan terus menjadi pelita budaya di tengah derasnya arus globalisasi.

Keraton adalah cermin jiwa Jawa. Di sinilah kita belajar tentang harmoni, kesantunan, dan penghormatan terhadap leluhur.[]

Penulis : Gofur

Berita Terkait

Batik Putra Bengawan: Warisan Laweyan yang Menjaga Tradisi di Tengah Modernitas
IICF 2025: Merajut Harmoni Budaya dari Nusantara untuk Dunia
Jejak Nama Jalan Bangka di Pela Mampang*
Laskar Agung Macan Ali Gaungkan Persatuan dan Toleransi di Milad ke-9 di Kota Cirebon
Tradisi Pernikahan Masyarakat Betawi: Harmoni Antara Adat, Islam, dan Keceriaan
Budaya Brunei Darussalam: Harmoni Islam dan Tradisi Melayu
Aksara Batak Mendunia: Semangat Generasi Muda Melestarikan Warisan Leluhur Lewat Parsiajaran Marsurat Batak
Colours of Cultures Festival (CoCF) 2025: Melodi Nusantara
Berita ini 10 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 2 November 2025 - 09:15 WIB

Batik Putra Bengawan: Warisan Laweyan yang Menjaga Tradisi di Tengah Modernitas

Minggu, 2 November 2025 - 08:45 WIB

Keraton Surakarta: Warisan Adiluhung yang Menjaga Marwah Budaya Jawa

Sabtu, 1 November 2025 - 04:35 WIB

IICF 2025: Merajut Harmoni Budaya dari Nusantara untuk Dunia

Minggu, 26 Oktober 2025 - 15:25 WIB

Jejak Nama Jalan Bangka di Pela Mampang*

Minggu, 26 Oktober 2025 - 14:34 WIB

Laskar Agung Macan Ali Gaungkan Persatuan dan Toleransi di Milad ke-9 di Kota Cirebon

Berita Terbaru