Mohammad Husni Thamrin: Pejuang Betawi yang Menyatukan Rakyat untuk Indonesia Merdeka - PT. Etnikom Persada Raya

Mohammad Husni Thamrin: Pejuang Betawi yang Menyatukan Rakyat untuk Indonesia Merdeka

- Redaksi

Rabu, 8 Oktober 2025 - 10:05 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MH Thamrin (Wikipedia)

MH Thamrin (Wikipedia)

ETNIKOM .NET, JAKARTA — Nama Mohammad Husni Thamrin tercatat dengan tinta emas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Tokoh kelahiran Batavia, 16 Februari 1894 ini dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang berperan besar memperjuangkan nasib rakyat melalui jalur politik dan sosial.

MH Thamrin juga dikenal sederhana, tegas, dan dekat dengan rakyat kecil, Thamrin menjadi simbol kebangkitan kaum pribumi di masa kolonial Belanda.

MH Thamrin lahir dari keluarga terpandang. Ayahnya, Thamrin bin Muhammad Thamrin, seorang pejabat pribumi di pemerintahan kolonial Belanda, sementara ibunya, Nur Hamidah, berasal dari kalangan bangsawan Betawi. Latar keluarga ini memberinya akses pendidikan dan lingkungan sosial yang luas.

Thamrin menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Batavia, lalu melanjutkan ke Kweekschool (sekolah guru). Penguasaan bahasa Belanda dan pengalaman bergaul dengan berbagai kalangan membuatnya mampu memahami struktur sosial dan politik kolonial dengan baik.

Tidak seperti banyak pejuang yang mengangkat senjata, MH Thamrin memilih jalur politik dan organisasi sebagai arena perjuangan. Ia percaya perubahan harus dimulai melalui pemikiran dan kebijakan.

Tahun 1919, Thamrin mulai aktif dalam Dewan Kota Batavia (Gemeenteraad Batavia). Di lembaga itu, ia berjuang keras agar rakyat pribumi mendapat akses yang lebih adil terhadap fasilitas kota seperti perumahan, kesehatan, dan pendidikan. Salah satu gagasannya yang terkenal adalah pembentukan Kampung Improvement Plan, program perbaikan permukiman rakyat miskin di Batavia.

Baca Juga :  Lestarikan Warisan Leluhur, Laskar Macan Ali Gelar Jamasan Pusaka Jelang 1 Muharram

Kiprahnya makin menonjol ketika ia terpilih menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat Hindia Belanda) pada tahun 1927. Di lembaga tersebut, Thamrin dikenal vokal menentang diskriminasi terhadap bangsa pribumi dan menuntut hak otonomi lebih besar bagi Indonesia. Ia juga mendesak pemerintah kolonial agar bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa resmi berdampingan dengan bahasa Belanda.

MH Thamrin juga aktif dalam berbagai organisasi pergerakan. Ia mendirikan dan memimpin Kaum Betawi, organisasi yang memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Betawi tanpa meninggalkan semangat kebangsaan. Selain itu, Thamrin terlibat dalam Partai Indonesia Raya (Parindra)—sebuah partai politik nasionalis yang menuntut kemerdekaan secara konstitusional.

Dalam sidang Volksraad, Thamrin sering beradu argumentasi tajam dengan pejabat Belanda. Ia dikenal sebagai orator ulung yang mampu memadukan logika kuat dan kepedulian sosial dalam setiap pidatonya. Bagi Thamrin, kemerdekaan Indonesia bukan hanya soal politik, tetapi juga tentang martabat manusia.

Pada masa pendudukan Jepang tahun 1941–1942, Thamrin dituduh memiliki hubungan dengan pihak musuh karena dianggap terlalu nasionalis dan anti-kolonial. Ia kemudian ditangkap dan dijebloskan ke tahanan oleh pemerintah Belanda pada 6 Januari 1941.

Namun, kondisi kesehatannya memburuk di dalam penjara. Ia wafat pada 11 Januari 1941, hanya lima hari setelah ditahan, dalam usia 46 tahun. Hingga kini, penyebab pasti kematiannya masih menyisakan tanda tanya. Banyak yang menduga, tekanan fisik dan psikologis selama penahanan turut mempercepat kepergiannya.

Baca Juga :  Dr. Ir H E Herman Khaeron, Terima Penghargaan Dedikasi Budaya dari Sanggar Seni Sekar Pandan Cirebon

Jenazah MH Thamrin dimakamkan di pemakaman Karet Bivak, Jakarta. Namanya kemudian diabadikan menjadi nama jalan utama di Jakarta: Jalan MH Thamrin, yang membentang dari Bundaran HI hingga ke arah Monas — simbol penghubung antara masa lalu perjuangan dan semangat pembangunan modern.

Atas jasa-jasanya, pemerintah Republik Indonesia menetapkan Mohammad Husni Thamrin sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1964. Semangat perjuangannya terus hidup melalui berbagai lembaga dan nama tempat yang mengabadikannya — mulai dari Jalan MH Thamrin, Gedung MH Thamrin, hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) MH Thamrin di Jakarta.

Lebih dari itu, warisan paling penting dari Thamrin adalah gagasannya tentang keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat. Ia membuktikan bahwa perjuangan tidak selalu harus melalui senjata, melainkan bisa lewat pena, wacana, dan kebijakan yang berpihak kepada rakyat kecil.

MH Thamrin adalah teladan pejuang yang berpikir jauh ke depan. Di tengah tekanan kolonial, ia memilih strategi politik cerdas dengan memperjuangkan hak-hak rakyat melalui parlemen. Dalam sosoknya, kita melihat semangat nasionalisme yang berakar kuat pada budaya lokal Betawi namun berpandangan luas terhadap cita-cita kemerdekaan Indonesia.

“Perjuangan saya bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk rakyat yang tidak pernah didengar suaranya.” (Mohammad Husni Thamrin).[]

Berita Terkait

Rektor STIT Buntet Pesantren Ajak Masyarakat Rayakan HUT ke-80 RI dengan Semangat Persatuan
Lestarikan Warisan Leluhur, Laskar Macan Ali Gelar Jamasan Pusaka Jelang 1 Muharram
Dr. Ir H E Herman Khaeron, Terima Penghargaan Dedikasi Budaya dari Sanggar Seni Sekar Pandan Cirebon
Berita ini 3 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Rabu, 8 Oktober 2025 - 10:05 WIB

Mohammad Husni Thamrin: Pejuang Betawi yang Menyatukan Rakyat untuk Indonesia Merdeka

Senin, 11 Agustus 2025 - 23:36 WIB

Rektor STIT Buntet Pesantren Ajak Masyarakat Rayakan HUT ke-80 RI dengan Semangat Persatuan

Kamis, 26 Juni 2025 - 14:04 WIB

Lestarikan Warisan Leluhur, Laskar Macan Ali Gelar Jamasan Pusaka Jelang 1 Muharram

Sabtu, 3 Mei 2025 - 21:32 WIB

Dr. Ir H E Herman Khaeron, Terima Penghargaan Dedikasi Budaya dari Sanggar Seni Sekar Pandan Cirebon

Berita Terbaru