ETNIKOM.NET, JAKARTA – Pacitan, sebuah kabupaten yang terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur, bukan hanya dikenal dengan julukan Kota Seribu Goa, tetapi juga menyimpan kekayaan budaya yang tumbuh dari perpaduan tradisi Jawa, pesisir, dan pegunungan.
Warisan Seni dan Tradisi
Salah satu warisan budaya yang masih lestari di Pacitan adalah Reog Pacitan atau lebih dikenal dengan Reog Ngablak. Meski berbeda dengan Reog Ponorogo, seni pertunjukan ini memiliki ciri khas berupa topeng-topeng besar, gerakan dinamis, serta iringan gamelan yang menghentak. Pertunjukan ini biasanya digelar pada acara hajatan masyarakat, seperti pernikahan maupun khitanan.
Selain itu, Pacitan juga memiliki Wayang Beber Pacitan yang sangat unik. Wayang beber ini tidak dipentaskan dengan boneka wayang seperti pada umumnya, melainkan berupa gambar yang digelar di atas kain atau kertas gulungan, lalu dituturkan oleh seorang dalang. Tradisi yang sudah ada sejak abad ke-14 ini menjadi salah satu pusaka budaya langka di Indonesia.
Upacara dan Tradisi Lokal
Masyarakat Pacitan masih menjaga sejumlah tradisi upacara adat. Misalnya Upacara Larung Sesaji, yang biasanya dilaksanakan di Pantai Teleng Ria atau Pantai Tamperan. Upacara ini merupakan ungkapan syukur sekaligus permohonan keselamatan bagi para nelayan sebelum melaut.
Ada pula tradisi Kenduri atau Slametan Desa, yang dilakukan setiap tahun sebagai bentuk doa bersama agar desa senantiasa diberi keberkahan, dijauhkan dari bencana, dan masyarakatnya hidup rukun.
Kerajinan dan Kuliner Khas
Dari sisi budaya material, Pacitan terkenal dengan kerajinan batu akik. Daerah ini sempat menjadi pusat perhiasan batu mulia, terutama jenis jasper dan kalsedon. Kerajinan tangan lainnya adalah batik khas Pacitan dengan motif laut, goa, dan flora lokal.
Kuliner tradisional juga menjadi bagian dari identitas budaya Pacitan. Makanan khas seperti tahu tuna, jadah bakar, hingga sale pisang kerap disajikan dalam acara adat maupun dijadikan buah tangan bagi wisatawan.
Menjaga dan Mengembangkan
Di tengah arus modernisasi, tantangan menjaga tradisi budaya Pacitan cukup besar. Namun, dukungan dari pemerintah daerah, komunitas seni, hingga generasi muda terus berupaya melestarikan kekayaan budaya ini.
Festival budaya, pameran kerajinan, hingga pertunjukan seni rutin digelar untuk memperkenalkan Pacitan tidak hanya sebagai destinasi wisata alam, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan Jawa pesisir.[]









