Kesombongan Netanyahu dan Kehancuran Zionis Israel

- Redaksi

Senin, 16 Juni 2025 - 16:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Penulis: Furqon Bunyamin Husein | Wapemred Etnikom.net

 

ETNIKOM.NET, JAKARTA — Pada Jumat malam (13/6/25) Tel Aviv dihantam rudal Iran, Fatah –  menyusul sehari berikutnya kota Haifa. Seketika dua kota di Israel tersebut luluh lantah oleh rudal hipersonik milik Iran. Dari video yang beredar luas di dunia maya, terlihat kondisi mencekam dan menimbulkan ketakutan luar biasa di masyarakat.

Tampak kobaran api membumbung tinggi dengan gedung yang hancur akibat terjangan 150 hipersonik rudal ‘Fatah’ Iran yang tidak mampu dihalau oleh sistem pertahanan militer Israel dengan iron dome yang selama ini dianggap canggih.

Dalam sejarah konflik Timur Tengah, Israel tampil sebagai negara yang selalu merasa superior alias sombong — secara militer, politik, bahkan moral.

Apa lagi ditambah dukungan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, Israel telah lama menggunakan kekuatan bersenjata sebagai instrumen untuk menekan, menaklukkan, bahkan menghancurkan pihak-pihak yang dianggap musuh.

Namun, ketahuilah bahwa dalam perjalanan sejarah peradaban manusia, kesombongan selalu memiliki harga, dan Israel kini tengah membayarnya dengan sangat mahal.

Kesombongan Netanyahu Pemantik Api Perang

Puncak arogansi itu terjadi ketika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan keras terhadap Iran. Setelah tangan berlumur darah dengan menggempur Gaza secara brutal dan membunuh ribuan warga sipil, Netanyahu sesumbar dan menyatakan:

“Iran harus diam di tempat. Ini bukan urusan kalian. Jika kalian ikut campur dalam urusan Gaza, maka Teheran akan kami jadikan seperti Gaza—hancur lebur.”

Oleh Iran, pernyataan itu dianggap sebagai bentuk penghinaan kalau tidak mau dikatakan sebagai pelecehan terhadap kekuatan militer Iran sekaligus ancaman langsung terhadap Iran dan dunia Islam. Alih-alih tunduk, Iran kemudian menjawab ancaman tersebut dengan tindakan nyata yang mengguncang jantung Israel.

Baca Juga :  Kapitalisme, Racun dalam Dunia Pendidikan

Dalam buku The Arrogance of Satan karya Harun Yahya yang saya terjemahkan dan diterbitkan oleh Iqra Insan Pers 2003 dijelaskan bahwa salasatu penyebab kehancuran bangsa bangsa dan atau penguasa terdahulu adalah kesombongan itu sendiri.

Banyak contoh kesombongan yang mengakibatkan kehancuran diungkap dalam buku tersebut. Firaun dan Qarun adalah contoh kongkrit betapa kesombongan telah menghancurkan mereka. Begitulah sejarah mencatat.

Tel Aviv dan Haifa Hancur Dihantam Rudal Hipersonik

Tak butuh waktu lama. Iran menjawab kesombongan Netanyahu dengan meluncurkan rudal hipersonik — teknologi senjata generasi terbaru yang mampu meluncur dengan kecepatan lebih dari Mach 5 dan tak dapat dicegat oleh sistem pertahanan konvensional israel.

Tel Aviv, pusat kekuatan politik dan ekonomi Israel, dihantam dan porak poranda. Haifa, kota pelabuhan dan markas militer utama, juga hancur lebur. Infrastruktur vital, gudang senjata, dan fasilitas komunikasi Israel lumpuh total.

Iron Dome yang selama ini dibanggakan Israel ternyata tak berdaya. Kehancuran ini menjadi bukti nyata bahwa sistem pertahanan Israel tertinggal dalam menghadapi era peperangan modern.

Kesalahan Fatal: Mengandalkan Sistem Konvensional di Era Siber

Israel masih berbangga diri dengan mengandalkan paradigma lama dalam pertahanan militer: senjata, tank, drone, dan sistem pertahanan udara. Padahal, dunia sudah berubah. Perang modern tak hanya terjadi di langit dan darat, tetapi juga di ruang maya dan pusat data. Teknologi informasi menjadi hal penting di era perang modern.

Sementara Israel masih terpaku pada pertahanan konvensional, Iran justru menunjukkan keunggulan dalam menguasai teknologi informasi dan operasi siber.

Dalam serangan terbaru, pasukan siber Iran — yang dikenal sebagai salah satu kekuatan hacker terbesar di Timur Tengah — berhasil membobol sistem keamanan internal Israel dan menghancurkan rumah dinas Netanyahu secara digital dan fisik.

Baca Juga :  Unsur Fisik dan Metafisik dari Sebuah Proses Pendidikan 

Rumah dinas yang dilengkapi sistem pertahanan itu bukan hanya dirusak secara fisik oleh koordinasi rudal, tetapi juga dilumpuhkan sistem elektroniknya: sistem komunikasi, keamanan digital, bahkan perangkat kendali drone pribadi Netanyahu dilaporkan diambil alih.

Pukulan Telak dan Runtuhnya Kepercayaan Rakyat

Kejadian ini menjadi tamparan keras bagi wajah kekuatan Israel. Masyarakat Yahudi di dalam negeri yang selama ini percaya pada kekuatan dan keunggulan teknologi pertahanan Israel, kini mulai mempertanyakan:

“Jika rumah perdana menteri saja terkena sasaran, bagaimana dengan rumah kami?”

Protes meledak di jalan-jalan Yerusalem, Tel Aviv, dan kota-kota besar lain. Netanyahu menjadi sasaran kemarahan. Kepercayaan publik terhadap pemerintah dan militer Israel berada di titik terendah sepanjang sejarah modern.

Ketika Kesombongan Menjadi Bumerang

Israel tengah menghadapi kenyataan pahit dari kesombongan yang dibanggakan terlalu lama. Ucapan Netanyahu yang meremehkan Iran justru menjadi pemantik kehancuran yang tak bisa dikendalikan. Serangan rudal dan siber telah membuka mata dunia bahwa Israel bukan kekuatan tak terkalahkan.

Perang modern bukan lagi hanya tentang roket dan senjata, tapi tentang informasi, teknologi, dan integritas moral. Dalam semua hal itu, Israel kini sedang kalah — oleh bangsa yang mereka anggap rendahan, tapi justru unggul dalam kecerdasan, ketahanan, dan strategi.

Sejarah mencatat, rezim sombong tak pernah bertahan lama. Israel, jika terus berjalan dalam irama kesombongan yang sama, akan menjadi bab berikutnya dari kisah kejatuhan akibat arogansi.

Atau apakah yang terjadi terhadap zionis yahudi yang sombong ini merupakan awal kehancuran dan punahnya entitas zionis di Palestina sebagaimanana tersirat dalam Al-Quran? Allahu a’lam.[]

Berita Terkait

Efek Domino Geopolitik Regional Iran–Israel Bagi Indonesia
Unsur Fisik dan Metafisik dari Sebuah Proses Pendidikan 
Fatherhood in Islam
Perlawanan Palestina, Simbol Kehidupan di Tengah Kematian Nurani
Islam, Public Engagement and New York City Election 
Vrije Man Sang Pemberontak Sejak Zaman Kolonial
Negara Prioritas yang Akan Dikunjungi Walikota New York Terpilih
Two State Is Not Really Solution For Palestine
Berita ini 59 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 17 Juni 2025 - 18:46 WIB

Unsur Fisik dan Metafisik dari Sebuah Proses Pendidikan 

Selasa, 17 Juni 2025 - 11:04 WIB

Fatherhood in Islam

Senin, 16 Juni 2025 - 19:13 WIB

Perlawanan Palestina, Simbol Kehidupan di Tengah Kematian Nurani

Senin, 16 Juni 2025 - 16:23 WIB

Kesombongan Netanyahu dan Kehancuran Zionis Israel

Senin, 16 Juni 2025 - 10:21 WIB

Islam, Public Engagement and New York City Election 

Berita Terbaru

Daerah

Jelang Munas 2026: DPP SWI Gelar Rapat Pleno Pengurus

Rabu, 18 Jun 2025 - 03:48 WIB